02 January 2012

Penduduk, Masyarakat, dan Kebudayaan

Kata pengantar

Segala puji kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan nikmat dan karuniaNya kepada kami sehingga bisa menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Makalah yang saya tulis berjudul”Penduduk, Masyarakat, dan Kebudayaan”.
            Makalah ini berisikan pembahasan tentang Penduduk, Masyarakat, dan Kebudayaan. Dan makalah ini pun lebih membahas permsalahantersebut yang ada dimasyarkat sekitar, dan penulisan makalah ini juga sedikit mengutip dari refrensi lain agar makalah ini jadi mudah dipahami.
            Kami harapkan makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua sebagai pembelajaran tentang Penduduk, Masyarakat, dan Kebudayaan. Kami sadar makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari para pembaca yang sifatnya membangun akan selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
            Cukup sekian dari kami dan terima kasih kepada semua pihak yang membantu pengerjaan makalah ini semoga Allah SWT memberi rahmat kepada kita semua, Amin.





Depok 26 September



Penyusun

























Maksud dan Tujuan

Maksud:
Maksud dari penulisan makalah ini adalah untuk lebih menjelaskan permasalahan tentang Penduduk,Masyarakat, dan Penduduk  yang ada disekitar kita dan juga sebagai wawasan kepada para pembaca.
Tujuan:
Tujuan makalah ini ditulis adalah sebagai tugas dosen dengan mata kuliah Ilmu Sosial.



Latar Belakang

            Dengan perkembangan teknologi dan informasi semakin berpengaruh kepada kehidupan bermasyrakat yang semakin maju di dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Kemajuan teknologi informasi juga berdampak pada Penduduk, Masyarakat, dan Kebudayaan.
            Pada jaman sekarang teknologi informasi dirasakan memengaruhi tata cara kehidupan bermasyarakat, dan juga kebutuhan ekonomi yang semakin tinggi banyak masyarakat perdesaan mencari pekerjaan di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang, dan Surabaya.
            Kecanggihan teknologi informasi juga mempermudah masyrakat perdesaan untuk mencari pekerjaan melalui media internet. Dan juga bisa mempengaruhi masyarakat akan adanya kebudayaan asing masuk ke dalam kehidupan masyarakat. Selain itu ketidak pedulian masyarakat kepada kebudayaan lokal akan semakin cepat kebudayaan tradisional itu akan punah karena penduduk pada usia remaja tidak tertarik kepada kebudayaan lokal.

























BAB I

Tinjauan Teori

Penduduk, Masyarakat, Kebudayaan dan Teori adalah satu kesatuan yang terkait dalam aspek kehidupan sehari-hari. Penduduk didefinisikan yaitu kumpulan manusia yang menempati wilayah atau suatu tempat tertentu. Penduduk, Masyarakat, dan Kebudayaan adalah 3 hal aspek kehidupan yang saling berkaitan. Penduduk adalah kumpulan manusia yang menempati wilayah geografi dan ruang tertentu, sedangkan masyarakat menurut R. Linton adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerjasama, sehingga mereka ini dapat mengorganisasikan dirinya berpikir tentang dirinya dalam kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.
 Ini berarti masyarakat akan terbentuk bila ada penduduknya sehingga tidak mungkin akan ada masyarakat tanpa penduduk, masyarakat terbentuk karena adanya penduduk. Sedangkan budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
            Sebagai contoh yang sedang terjadi saat ini adalah kepadatan penduduk di kota-kota besar seperti jakarta yang menjadi daya tarik masyarakat untuk mencari pekerjaan yang lebih layak daripada diperdesaan. Sebagai contoh saya ambil sebuah artikel berita dari kompas.com Laju pertambahan penduduk Kota Bekasi, menurut Sensus Penduduk 2000, mencapai 3,49 persen. Pertambahan penduduk Kota Bekasi lebih besar disebabkan migrasi. Penyebab tingginya migrasi tidak lain adalah berkembangnya Kota Bekasi menjadi pusat ekonomi dan pusat bisnis.
”Ini disebabkan letak Kota Bekasi yang berada di jalur ekonomi yang dinamis, yakni antara Jakarta dan Jawa Barat,” kata pengamat dari Universitas Islam 45 Bekasi, Harun Al Rasyid. ”Kota Bekasi berkembang pesat karena terimbas perkembangan Jakarta yang sudah mencapai titik jenuh,” ujar Harun.
Di pihak lain, tingginya laju pertambahan penduduk Kota Bekasi menimbulkan beragam persoalan bagi Kota Bekasi. Mulai dari masalah kemiskinan, pengangguran, kriminalitas, sampai transportasi, pendidikan dan kesehatan, serta interaksi sosial masyarakat.
Sampai akhir 2007, jumlah keluarga prasejahtera di Kota Bekasi tercatat sebanyak 20.448 keluarga, atau bertambah 1.700 keluarga dibandingkan dengan tahun 2006.
Begitu pula persoalan pengangguran. Hingga tahun 2006 masih terdapat 187.944 orang di Kota Bekasi yang menganggur dan sebanyak 43.742 orang lainnya sedang mencari kerja.Persoalan juga tampak pada maraknya kasus kriminalitas di wilayah Kota Bekasi. Sosiolog dari Universitas Islam 45 Bekasi, Andi Sopandi, mengatakan, Kota Bekasi mendapat sorotan kurang menguntungkan akibat tingginya kasus kejahatan yang terjadi di wilayah ini. ”Terutama kasus narkotika,” kata Andi. ”Hampir 90 persen penghuni LP Bekasi akibat kasus narkotika,” ujarnya.
Dari catatan Kompas, sampai Oktober 2008 terdapat 3.213 kasus kriminalitas, termasuk kecelakaan dan pengaduan masyarakat, yang ditangani jajaran Kepolisian Resor Metropolitan Bekasi. Padahal, selama 2007, jumlah kasus kriminalitas yang ditangani Polres Metro Bekasi ”hanya” sebanyak 3.183 kasus.
Problem lain adalah penyediaan sarana dan prasarana transportasi. Pemerintah Kota Bekasi hingga sekarang masih berkutat dengan persoalan jalan berlubang atau jalan rusak. Kerusakan di ruas Jalan Pekayon-Jatiasih-Pondok Gede sudah bertahun-tahun belum tuntas ditangani.
Hal lain yang juga menjadi persoalan kota adalah penggunaan lahan. Dari sekitar 21.409 hektar luas wilayah Kota Bekasi, sebanyak 62 persennya sudah dibangun menjadi kawasan niaga dan kawasan permukiman. Sementara lahan yang tersisa sebagai ruang terbuka hijau hanya sekitar 14 persen.
”Kebijakan tata ruang kota tidak mendukung perkembangan kapasitas masyarakat untuk berperan dalam pembangunan daerah,” kata Andi. ”Lahan lebih banyak dibangun untuk permukiman dan perkantoran serta kawasan niaga, sementara ruang publik untuk tempat masyarakat berinteraksi masih diabaikan keberadaannya,” ujarnya.
            Selain dampak kepadatan penduduk tersebut juga mempengaruhi tingkat kejahatan karena semakin sulitnya mendapatkan pekerjaan di kota-kota besar, dan juga mempengaruhi lingkungan karena area yang seharusnya jadi ruang terbuka hijau telah berubah menjadi pemukiman padat penduduk. Selain itu masyarakat perdesaan yang tinggal di kota besar akan adanya adaptasi pada lingkungan perkotaan dan berpengaruh padan sosial budaya masyarakat. Selain itu dampaknya juga berpengaruh pada kebudayaan asli karena perkembangan teknoligi informasi yang sudah saya ralat tadi jadi mempermudah budaya asing masuk ke Indonesia dan mempengaruhi kebudayaan lokal itu sendiri yang lama-lama bisa punah karena generasi muda tidak terlalu menarik kepada budaya lokal.
            Kita contohkan tari-tarian modern lebih gaul dan asik dari pada tari tradisional yang tidak menarik dan terkesan membosankan. Dengan begitu kita simpulkan masyarakat pada zaman sekarang kurang menyadari akan pentingnya budaya lokal yang sebagai jati diri bangsa Indonesia.
            Tugas pemerintah dalam menghadapi kepadatan penduduk yaitu membatasi masuknya migran ke kota-kota besar dengan menjamin mereka telah memiliki pekerjann tetap untuk tinggal dikota besar atau juga yang berpenghasilan tetap bukan pekerja serabutan.
            Semua itu butuh kerja keras dari pemerintah pusat dan instansi terkait tentang masalah kepadatan penduduk, ya sebagai contoh yaitu masalah kartu tanda penduduk(KTP) jika ada masyarakat pendatang yang tidak memiliki pekerjaan tetap dan tidak memiliki KTP setempat akan dipulangkan ke daerah asalnya, atau jika memiliki pekerjaan tetap akan diwajibkan memiliki KTP .

Pada zaman sekarang perubahan budaya terjadi pada masyarakat tradisional, yaitu perubahan masyarakat yang dulu tertutup sekarang jadi makin terbuka dari yang bersifat homogen menjadi plurarisme nilai sosial dan norma merupakan dampak dari globalisasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia secara mendasar. Komunikasi dan sarana transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap bangsa. Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh. Misalnya saja khusus dalam bidang hiburan massa atau hiburan yang bersifat masal, makna globalisasi itu sudah sedemikian terasa.
Sekarang kita bisa menikmati tayangan film di tv yang bermuara dari negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea, dll melalui stasiun televisi di tanah air. Belum lagi siaran tv internasional yang bisa ditangkap melalui parabola yang kini makin banyak dimiliki masyarakat Indonesia. Sementara itu, kesenian-kesenian populer lain yang tersaji melalui kaset, vcd, dan dvd yang berasal dari manca negara pun makin marak kehadirannya di tengah-tengah kita. Fakta yang demikian memberikan bukti tentang betapa negara-negara penguasa teknologi mutakhir telah berhasil memegang kendali dalam globalisasi budaya khususnya di negara ke tiga. Peristiwa transkultural seperti itu mau tidak mau akan berpengaruh terhadap keberadaan kesenian kita. Padahal kesenian tradisional kita merupakan bagian dari khasanah kebudayaan nasional yang perlu dijaga kelestariannya. Di saat yang lain dengan teknologi informasi yang semakin canggih seperti saat ini, kita disuguhi oleh banyak alternatif tawaran hiburan dan informasi yang lebih beragam, yang mungkin lebih menarik jika dibandingkan dengan kesenian tradisional kita. Dengan parabola masyarakat bisa menyaksikan berbagai tayangan hiburan yang bersifat mendunia yang berasal dari berbagai belahan bumi.
 Kondisi yang demikian mau tidak mau membuat semakin tersisihnya kesenian tradisional Indonesia dari kehidupan masyarakat Indonesia yang sarat akan pemaknaan dalam masyarakat Indonesia . Kondisi yang demikian mau tidak mau membuat semakin tersisihnya kesenian tradisional Indonesia dari kehidupan masyarakat Indonesia yang sarat akan pemaknaan dalam masyarakat Indonesia. Misalnya saja bentuk-bentuk ekspresi kesenian etnis Indonesia, baik yang rakyat maupun istana, selalu berkaitan erat dengan perilaku ritual masyarakat pertanian. Dengan datangnya perubahan sosial yang hadir sebagai akibat proses industrialisasi dan sistem ekonomi pasar, dan globalisasi informasi, maka kesenian kita pun mulai bergeser ke arah kesenian yang berdimensi komersial. Kesenian-kesenian yang bersifat ritual mulai tersingkir dan kehilangan fungsinya. Sekalipun demikian, bukan berarti semua kesenian tradisional kita lenyap begitu saja.
Oleh karena itu sebagai bangsa Indonesia kita harus menghargai kebudayaan lokal, pemerintah pun juga mendapat andil besar dalam melestarikan kebudayaan seperti diadakan pementasan tari-tarian lokal pada masing-masing daerah yang menjadi tujuan wisata lokal dan mancanegara. Sebagai contohnya adalah di Provinsi Bali yang setiap ada wisatawan yang memasuki daerah wisata di daerah di Kuta Bali, jadi wisatawan mancanegara mengenal kebudayaan Indonesia hanyalah tarian yabg berasal dari Bali.
Sudah seharusnya pemerintah pusat serta pemerintah daerah lebih memperkenalkan kebudayaan tradisional dari daerah masing-masing supaya generasi muda lebih mengenal dan mencintai kebudayaan asli Indonesia.






Metodologi

Metodologi adalah ilmu-ilmu yang digunakan untuk memperoleh kebenaran menggunakan penelusuran dengan tata cara tertentu dalam menemukan kebenaran, tergantung dari realitas yang sedang dikaji. Yang sedang dibahas dalam makalah ini adalah metodologi tentang Penduduk, Masyarakat, dan Kebudayaan.

Study Kasus

Kasus 1

 Sudah menjadi hal yang tidak asing lagi di negeri ini, yang pembangunannya terutama dalam sektor ekonomi belum merata, jika persebaran penduduk mengikuti persebaran ekonomi. Hal ini dalam lingkup nasional bisa dilihat pada Ibu Kota Jakarta yang menjadi pusat ekonomi, hiburan sekaligus pemerintahan yang menjadi daerah terpadat penduduknya dibanding provinsi lainnya. Lalu, apakah hal ini berlaku juga di tingkat Kabupaten seperti Karawang?
            Data kependudukan hingga September 2008, dari Badan Kependudukan, Catatan Sipil dan Keluarga Berencana(Badukcatpil &KB) Karawang menunjukan hal yang mengarah pada teori atau asumsi diatas. Dimana lokasi-lokasi atau kecamatan yang memiliki daya tarik seperti tempat hiburan, pusat perbelanjaan dan industri yang menyediakan banyak lapangan kerja menjadi daerah yang paling banyak penghuninya. Kecamatan Karawang Barat, Klari dan Telukjambe Timur adalah daerah atau kecamatan paling padat penduduknya di Kabupaten Karawang, dengan jumlah penduduk diatas 100 ribu jiwa, karena memang di tiga kecamatan inilah terutama kawasan industri berada.
            Sedangkan mengenai kecamatan yang penduduknya paling sedikit, Kecamatan Pangkalan, Ciampel dan Tegalwaru menjadi kecamatan yang relatif paling sedikit penduduknya yakni sekitar 3.500 jiwa. Ketiga kecamatan ini secara geografis letaknya berada cukup jauh dari pusat kota Karawang, ditambah dengan pertumbuhan ekonominya yang tidak secepat seperti di kecamatan yang terletak di dekat pusat kota.
            Rudi.S, petugas TU Badukcatpil & KB Karawang, membenarkan bahwa dorongan ekonomi menjadi faktor utama terpusatnya penduduk di kecamatan-kecamatan tertentu. Selain itu, menurut Rudi hal ini ditambah juga dengan jumlah para pendatang terutama yang bekerja di industri-industri yang ada di Karawang terutama yang ada di Telukjambe dan Klari. Setiap harinya, menurutnya selalu banyak warga yang membuat Kartu Tanda Penduduk (KTP) Karawang dan umumnya memang dari mereka adalah warga pendatang.
            “Kita bisa lihat sekarang kost-kostan menjamur dimana-mana, apakah itu dihuni oleh orang asli Karawang, kan tidak, rata-rata itu dihuni oleh orang pendatang,” ujar Rudi mengenai maraknya pendatang.
            Secara keseluruhan, berdasarkan data hingga September 2008, penduduk Karawang kini adalah 1.971.832 jiwa, terdiri dari 997.780 laki-laki dan 974.049 perempuan. Dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 573.900 KK. Angka ini lebih banyak dibanding tahun 2007 dimana penduduk Karawang saat itu berjumlah 1.929.033 jiwa, dan jauh lebih meningkat dibanding tahun 2005 yakni sebanyak 1.884.997 jiwa di daerah Karawang, Bekasi.
             Bagimana lantas kedepannya? Jika mengacu pada data yang ada dan mengikuti pada beberapa kemajuan yang mengiringi Karawang, terutama pada sektor industri maka kedepan bisa dipastikan angka itu semakin membengkak baik ditambah dengan angka kelahiran maupun desakan para pendatang, hal ini seiring juga dengan semakin banyaknya pembangunan perumahan yang tentunya disiapkan terutama bagi warga pendatang.

Seharusnya masyarakat perdesaan itu harus membangun daerahnya sendiri sebagai pusat bisnis dan memajukan produk lokal asli daerah masing-masing agar masyarakat desa tidak bekerja di kota-kota besar seperti Jakarta, ataupun juga membuka lapangan pekerjaan di daerah yang bisa menghasilkan produk lokal dan bisa menyerap tenaga kerja lebih banyak. Pemerintah pun turut andil dalam masalah ini ya sebagai contoh jika ada pendatang dari luar kota besar seperti Jakarta yang tidak mempunyai pekerjaan sekaligus tidak memiliki KTP setempat instansi terkait untuk memulangkan mereka ke daerah asalnya.

Kasus 2

Dampak globalisasi juga berpengaruh pada kebudayaan lokal yang semakin hari akan semakin dijauhi generasi muda zaman sekarang, menurut mereka kebudayaan asing lebih keren dari kebudayaan lokal, contohnya tarian yang berasa dari luar negri yang lebih menarik dari tarian lokal mereka berfikir tarian dari negara lain lebih keren dan gaul tidak ketinggalan zaman, daripada tarian lokal yang lemah lembut tariannya dan sudah ketinggalan zaman. Dan masuknya pengaruh kebudayaan asing melalui TV yang sekarang sudah bisa melihat tayangan dari luar negri dengan menggunakan Parabola, Radio, dan yang sedang populer sekarang yaitu menggunakan jaringan internet. Sebagai generasi muda bangsa Indonesia kita harus melestarikan kebudayaan kita sendiri, seperti mengadakan pentas tari-tarian tradisional di daerah wisata karena bisa menarik perhatian wisatawan lokal dan mancanegara, lalu seperti diadakannya pameran Batik Nasional untuk lebih mengenal kerajinan lokal yang sudah mendunia. Ayo kita generasi muda lebih semangat dalam melestarikan kebudayaan lokal, dan menjaga dari kepunahan akibat dari dampak globalisasi.



























BAB II

Kesimpulan:
            Pada makalah ini yang kami tegaskan hanya masalah kepadatan penduduk yang diakibatkan pengaruh globalisasi dan kesulitan mencari pekerjaan di daerah perdesaan dan masyarakat semakin tergiur dengan pekerjaan di kota besar dengan gaji yang besar pula. Tapi dari kejadian tersebut daerah perkotaan dan sekitarnya menjadi daerah padat penduduk bahkan ada juga menjadi daerah yang kumuh akibat semakin padatnya penduduk di suatu daerah tertentu.
            Peran andil pemerintah dalam mengendalikan  urbanisasi dan juga membangun lapangan pekerjaan di daerah yang bisa menyerap pekerja di sekitar daerah tersebut. Selain itu dengan memulangkan para pendatang yang tidak mempunyai KTP setempat dan pekerjaan tetap.
            Kebudayaan yang semakin tersisih akibat dampak globalisasi yang semakin hari semakin menjadi, karena banyak kebudayaan asing masuk ke Indonesia dengan begitu mudah dan masyarakat Indonesia menerima dengan terbuka tanpa memilah-milah mana yang harus diikuti dan mana yang tidak boleh diikuti.
            Peran andil masyarakat dan pemerintah juga sangat berpengaruh dalam melestarikan kebudayaan lokal dengan memperkenalkan tari-tarian lokal dan kerajinan lokal yang sebagai contoh untuk lebih mengenal dan melestarikan budaya asli Indonesia. Lalu juga memperkenalkannya lewat iklan TV dan internet agar masyarakat luas bisa mengenal kebudayaan sendiri dan berminat melestarikan kebudayaan tersebut.
           



























Saran-Saran:
            Dari hasil pembahasan pada makalah ini kita bisa mengambil cara untuk menyelesaikan masalah pada pembahasan di makalah ini:
1.      Pemerintah harus lebih merancang peraturan yang bisa mengurangi masyarakat untuk mencari pekerjaan di kota-kota besar.
2.      Generasi muda harus melestarikan kebudayaan lokal dan harus memperkenalkan kebudayaaan kepada masyarakat luas
3.      Masyarakat perlu menyeleksi kemunculan globalisasi kebudayaan baru, sehingga budaya yang masuk tidak merugikan dan berdampak negative. 5. Masyarakat harus berati-hati dalam meniru atau menerima kebudayaan baru, sehingga pengaruh globalisasi di negara kita tidak terlalu berpengaruh pada kebudayaan yang merupakan jati diri bangsa kita.
4.      Para pelaku usaha media massa perlu mengadakan seleksi terhadap berbagai berita, hiburan dan informasi yang diberikan agar tidak menimbulkan pergeseran budaya dan lebih memperbanyak informasi dan hiburan yang berasal dari daerah





































DAFTAR PUSTAKA

01 November 2011

Gerakan Non Blok

Gerakan Non Blok (GNB)

Gerakan Non-Blok (GNB) (bahasa Inggris: Non-Aligned Movement/NAM) adalah suatu organisasi internasional yang terdiri dari lebih dari 100 negara-negara yang tidak menganggap dirinya beraliansi dengan atau terhadap blok kekuatan besar apapun. Tujuan dari organisasi ini, seperti yang tercantum dalam Deklarasi Havana tahun 1979, adalah untuk menjamin "kemerdekaan, kedaulatan, integritas teritorial, dan keamanan dari negara-negara nonblok" dalam perjuangan mereka menentang imperialisme, kolonialisme, neo-kolonialisme, apartheid, zionisme, rasisme dan segala bentuk agresi militer, pendudukan, dominasi, interferensi atau hegemoni dan menentang segala bentuk blok politik.[1] Mereka merepresentasikan 55 persen penduduk dunia dan hampir 2/3 keangotaan PBB. Negara-negara yang telah menyelenggarakan konferensi tingkat tinggi (KTT) Non-Blok termasuk Yugoslavia, Mesir, Zambia, Aljazair, Sri Lanka, Kuba, India, Zimbabwe, Indonesia, Kolombia, Afrika Selatan dan Malaysia. Anggota-anggota penting di antaranya Yugoslavia, India, Mesir, Indonesia, Pakistan, Kuba, Kolombia, Venezuela, Afrika Selatan, Iran, Malaysia, dan untuk suatu masa, Republik Rakyat Cina. Meskipun organisasi ini dimaksudkan untuk menjadi aliansi yang dekat seperti NATO atau Pakta Warsawa, negara-negara anggotanya tidak pernah mempunyai kedekatan yang diinginkan dan banyak anggotanya yang akhirnya diajak beraliansi salah satu negara-negara adidaya tersebut. Misalnya, Kuba mempunyai hubungan yang dekat dengan Uni Soviet pada masa Perang Dingin. Atau India yang bersekutu dengan Uni Soviet untuk melawan Tiongkok selama beberapa tahun. Lebih buruk lagi, beberapa anggota bahkan terlibat konflik dengan anggota lainnya, seperti misalnya konflik antara India dengan Pakistan, Iran dengan Irak. Gerakan ini sempat terpecah pada saat Uni Soviet menginvasi Afganistan pada tahun 1979. Ketika itu, seluruh sekutu Soviet mendukung invasi sementara anggota GNB, terutama negara dengan mayoritas muslim, tidak mungkin melakukan hal yang sama untuk Afghanistan akibat adanya perjanjian nonintervensi.

Sejarah

Kata "Non-Blok" diperkenalkan pertama kali[rujukan?] oleh Perdana Menteri India Nehru dalam pidatonya tahun 1954 di Colombo, Sri Lanka. Dalam pidato itu, Nehru menjelaskan lima pilar yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk membentuk relasi Sino-India yang disebut dengan Panchsheel (lima pengendali). Prinsip ini kemudian digunakan sebagai basis dari Gerakan Non-Blok. Lima prinsip tersebut adalah:  
  1. Saling menghormati integritas teritorial dan kedaulatan.
  2. Perjanjian non-agresi
  3. Tidak mengintervensi urusan dalam negeri negara lain
  4. Kesetaraan dan keuntungan bersama
  5. Menjaga perdamaian
Gerakan Non-Blok sendiri bermula dari sebuah Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika sebuah konferensi yang diadakan di Bandung, Indonesia, pada tahun 1955. Di sana, negara-negara yang tidak berpihak pada blok tertentu mendeklarasikan keinginan mereka untuk tidak terlibat dalam konfrontasi ideologi Barat-Timur. Pendiri dari gerakan ini adalah lima pemimpin dunia: Josip Broz Tito presiden Yugoslavia, Soekarno presiden Indonesia, Gamal Abdul Nasser presiden Mesir, Pandit Jawaharlal Nehru perdana menteri India, dan Kwame Nkrumah dari Ghana.
Gerakan ini sempat kehilangan kredibilitasnya pada akhir tahun1960-an ketika anggota-anggotanya mulai terpecah dan bergabung bersama Blok lain, terutama Blok Timur. Muncul pertanyaan bagaimana sebuah negara yang bersekutu dengan Uni Soviet seperti Kuba bisa mengklaim dirinya sebagai negara nonblok. Gerakan ini kemudian terpecah sepenuhnya pada masa invasi Soviet terhadap Afghanistan tahun 1979.

Pertemuan GNB

Normalnya, pertemuan GNB berlangsung setiap tiga tahun sekali. Negara yang pernah menjadi tuan rumah KTT GNB di antaranya Yugoslavia, Mesir, Zambia, Aljazair, Sri Lanka, Kuba, India, Zimbabwe, Indonesia, Kolombia, Afrika Selatan, dan Malaysia. Biasanya setelah mengadakan konferensi, kepala negara atau kepala pemerintahan yang menjadi tuan rumah konferensi itu akan dijadikan ketua gerakan untuk masa jabatan tiga tahun.
Pertemuan berikutnya diadakan di Kairo pada 1964. Pertemuan tersebut dihadiri 56 negara anggota di mana anggota-anggota barunya datang dari negara-negara merdeka baru di Afrika. Kebanyakan dari pertemuan itu digunakan untuk mendiskusikan konflik Arab-Israel dan Perang India-Pakistan.
Pertemuan pertama GNB terjadi di Beograd pada September 1961 dan dihadiri oleh 25 anggota, masing-masing 11 dari Asia dan Afrika bersama dengan Yugoslavia, Kuba dan Siprus. Kelompok ini mendedikasikan dirinya untuk melawan kolonialisme, imperialisme dan neo-kolonialisme.
Pertemuan pada tahun 1969 di Lusaka dihadiri oleh 54 negara dan merupakan salah satu yang paling penting dengan gerakan tersebut membentuk sebuah organisasi permanen untuk menciptakan hubungan ekonomi dan politik. Kenneth Kauda memainkan peranan yang penting dalam even-even tersebut.
Pertemuan paling baru (ke-13) diadakan di Malaysia dari 20-25 Februari 2003. Namun, GNB kini tampak semakin tidak mempunyai relevansi sejak berakhirnya Perang Dingin.

Prinsip dasar Non-Blok

Untuk artikel ini silakan lihat Dasasila Bandung
Non-Blok didirikan berdasarkan prinsip-prinsip dasar yang disepakati dalam Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika yang dikenal dengan sebutan Dasasila Bandung .

Tempat dan tanggal KTT GNB

 

Sekretaris Jendral

Sekretaris Jendral Gerakan Non-Blok
Nama
Asal negara
Mulai
Akhir
1998
2003






















Peran Gnb terhadap Indonesia

Gerakan Non Blok (GNB) atau Non-Aligned Movement didirikan pada tahun 1961 dengan diselenggarakannya KTT Pertama GNB di Beograd, Yugoslavia. GNB saat ini beranggotakan 114 negara. Gerakan ini dipelopori oleh Presiden Soekarno dari Indonesia, Josip Broz Tito dari Yugoslavia, Gamal Abdul Nasser dari Mesir, Jawaharlal Nehru dari India dan Kwame Nkrumah dari Ghana.

Tujuan GNB seperti tercantum dalam Deklarasi Havana, 1979 adalah untuk menjamin “kemerdekaan nasional, kedaulatan, keutuhan wilayah dan keamanan negara-negara non-blok” dalam perjuangan mereka melawan “imperialisme, kolonialisme, neokolonialisme, apartheid, rasisme, termanusk zionisme dan segala bentuk agresi, pendudukan, dominasi, gangguan atau hegemoni asing disamping menentang politik blok dan politik negara besar.”

Di awal kelahirannya, agenda politik menjadi fokus utama GNB. Namun sejak pertengahan 1970-an, isu-isu ekonomi mulai menjadi perhatian utama negara-negara anggota GNB. Untuk itu, GNB dan Kelompok 77 (Group of 77/G-77) telah mengadakan serangkaian pertemuan guna membahas masalah-masalah ekonomi dunia dan pembentukan Tata Ekonomi Dunia Baru (New International Economic Order).

GNB tidak memiliki sekretariat tetap dan organisasi digerakan oleh ketua GNB saat ini dengan dibantu oleh ketua lalu dan ketua akan datang (troika). Untuk pertemuan GNB di bawah level summit, terdapat antara lain : ministerial meeting, sedangkan kegiatan sehari-hari diatur coordinating bureau GNB yang berada di PBB, New York.

Sebagai sebuah suatu pergerakan (movement), keputusan-keputusan yang telah dicapai dan disepakati dalam GNB seringkali masih bersifat morally binding, tidak mempunyai kekuatan yang mengikat (obligatory). Namun sebagai pergerakan, GNB telah mencatat banyak keberhasilan sebagai kelompok penekan, terutama dalam forum PBB.

Kepentingan Indonesia dalam GNB
GNB merupakan organisasi multilateral non PBB yang penting bagi dukungan kepentingan Indonesia di forum global karena beranggotakan 2/3 negara anggota PBB. GNB menempati posisi khusus dalam politik luar negeri Indonesia. Bahkan prinsip-prinsip dasar GNB selaras dengan falsafah dan kebijakan bangsa Indonesia sejak awal kemerdekaan. Semangat non blok ini tertuang dengan jelas pada Pembukaan UUD 1945. Sejalan dengan itu, tepat tiga tahun setelah kemerdekaan, semangat ini kembali ditegaskan oleh Dr. Mohammad Hatta, dalam pidatonya di muka Sidang Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat yang berjudul “Mendayung Antara Dua Karang”, yang selanjutnya dikukuhkan sebagai politik luar negeri bebas dan aktif.

Tahun bergabungnya Indonesia ke dalam GNB
Indonesia bergabung dengan GNB sejak gerakan ini didirikan tahun 1961 karena merupakan salah satu pendiri GNB dan telah terlibat dalam pembicaraan awal untuk pembentukan “organisasi” bagi negara-negara yang baru merdeka..

Peran Indonesia dalam GNB
Peranan Indonesia, khususnya Presiden Soekarno, dalam meletakkan fondasi pendirian GNB dinilai cukup besar. Konferensi Asia-Afrika (KAA), yang diselenggarakan di Bandung pada tanggal 18-24 April 1955 merupakan momen penting sekaligus embrio berdirinya GNB. Selain itu, hingga saat ini prinsip-prinsip Dasa Sila Bandung, sebagai salah satu hasil KAA, tetap menjiwai setiap upaya GNB

Indonesia pernah menjadi ketua GNB (1992-95), saat ini menjadi ketua NAM CSSTC (Non-Aligned Movement Center for South-South Technical Cooperation) di Jakarta; dan pelopor kemitraan strategis baru Asia-Afrika melalui KAA 2005. Indonesia juga menjadi ketua Working Group on Disarmament di GNB dan berperan aktif dalam isu pelucutan senjata internasional.

Dengan berakhirnya sistem bipolar, muncul keragu-raguan peran GNB. Dalam KTT ke-10 GNB di Jakarta tahun 1992 dibawah keketuaan Indonesia, sebagian besar ketidakpastian dan keragu-raguan mengenai peran dan masa depan GNB berhasil ditanggulangi. Jakarta Message, sebagai hasil KTT, menyatakan bahwa yang dibutuhkan GNB bukan hanya agenda bagi Selatan (negara berkembang) , namun juga dialog -- bukan konfrontasi -- dengan Utara. GNB merupakan forum untuk itu.

Dalam kerangka GNB, Indonesia juga memberikan andil yang cukup signifikan dalam membantu upaya-upaya rekonstruksi dan rehabilitasi di Bosnia Herzegovina dengan menyumbang sebesar US$ 8,075 juta, termasuk bantuan rakyat Indonesia melalui Majelis Ulama Indonesia sebesar US$ 3 juta.

Indonesia juga berperan aktif mendukung perjuangan rakyat Palestina. Komite Palestina GNB (Komite-9) dalam KTM ke-12 GNB di New Delhi, 1997, telah memasukkan Indonesia sebagai anggota ke-10 Komite Palestina GNB. Dalam kaitan ini, Menlu RI bersama delegasi tingkat menteri Komite Palestina GNB tersebut, telah berkunjung ke Palestina pada 2 Juni 2002 sebagai ekspresi solidaritas terhadap perjuangan rakyat Palestina yang tengah menghadapi kepungan pasukan Israel di Ramallah. Selain itu, Indonesia juga turut berperan aktif dalam membantu upaya-upaya penyelesaian masalah lainnya seperti Irak, Afghanistan dan Semenanjung Korea.

Pandangan Indonesia tentang GNB di masa sekarang dan mendatang
Indonesia memandang bahwa GNB merupakan wadah yang tepat bagi negara-negara berkembang untuk memperjuangkan cita-citanya. Sikap ini secara konsekuen diaktualisasikan Indonesia dalam kiprahnya pada masa kepemimpinan Indonesia (1992-1995). Selama masa kepemimpinannya, Indonesia diakui telah berhasil memajukan pendekatan baru GNB yang berorientasikan pada kemitraan, dialog dan kerjasama serta meninggalkan sikap konfrontatif dan retorika semata.
Dengan sikap kooperatif tersebut, GNB mampu merubah persepsi yang pernah melekat di kalangan negara maju bahwa GNB merupakan kelompok yang berpandangan apriori dan hanya bisa menuntut. Dengan demikian, GNB mampu berkiprah secara konstruktif terutama dalam interaksinya baik dengan negara-negara maju maupun dalam organisasi dan badan-badan multilateral/ internasional.

20 Cara Membuat Artikel SEO Friendly

  20 Cara Membuat Artikel SEO Friendly Menulis artikel dengan baik belumlah cukup. Anda juga harus membuat artikel tersebut ramah mesin penc...